Sejarah Nagari
Sejarah Nagari Sulit Air yang pernah dibaca dan ditulis oleh tokoh Sulit Air, dalam suatu buku “Asal Usul Negeri dan Persukuan Sulit Air” Diolah Oleh H. Rozali Usman dan Drs. Hamdullah Salim penerbit Yayasan Remaja Karya bahwa Nagari Sulit Air dengan sejarah sebagai berikut : Berawal dari seorang yang bernama Datuk Mulo Nan Kewi dari Pahriyangan dan seorang istrinya Putri Anggo Ati dari Simabur Batu Sangkar, awalnya hendak berjalan menuju Kota Solok dengan beberapa rombongan menelusuri ombilin, namun sesampai di Pasilihan beliau naik keatas menuju Limau Puruik, maka namanya limau purut adalah putri anggo merasa sakit perut disana lalu diobati dengan limau, oleh rombongan diberi nama daerah tersebut Limau Purut, kemudian melanjutkan perjalanan menuju alai dan naik kesebuah puncak, saat itu senja menapak dan berkemahlah rombongan ditempat itu (Saat ini adalah lapangan Bola Kaki Koto Tuo), saat pagi Putri Anggo Ati hendak mengambil air, menelusuri kebawah namun tidak ditemui, air terdengar tetapi tidak ada, yang akhirnya ketemu air yang keluar dari sela-sela batu, terbacalah oleh Putri Anggo Ati Solek Aie disiko namun melekatlah nama Solek Air ( Sulit Air ), saat matahari sudah mulai naik, Putri Anggo Ati menikmati alam, sehingga tersebut nama- nama bukit yang saat ini seperti ( ini bukit yang membumbun iko apo namo, veri nama Simbumbung dan yang sebelah kirinyo bukit apo, karena dia berdamping veri nama Simbumbung Jantan ( Sasat ini namanya Bukit Simbumbun ), kemudian bukit yang menyundak Langit ini bukit apa, beri saja namanya bukit Sundak Langit, kemudian bukik ko apo namo sambil menunjuk dengan gerakan muncung, ditanyo bukit mano, ko bukit dakek muncuang ko hah, beri namonyo guguk muncuang., demikian nama-nama yang beri oleh Putri Anggo Ati bersama Dt. Mulo Nan Kewi.
Rombongan hendak melanjutkan perjalanan menuju Kota Solok, namun Putri Anggo Ati tidak mau melanjutkan perjalanan dan Putri Anggo Ati merasa tertarik dengan daerah yang ditempati bermalam dan DT. Mulo Nan Kewi dan rombongan tetap mengajak untuk melanjutkan perjalanan, karena Putri Anggo Ati tetap pada pendirian sebagai seorang Suami Dt. Mulo Nan Kewi mengikuti kehendak istrinya, itulah Ninik Moyang orang Nagari Solek Aie yang saat ini disebut SULIT AIR.
Sejarah Suku
Perkembangnya penduduk Sulit Air pada saat ini adalah perkembangan dari Puti Anggo Ati dan Dt. Mulo Nan Kewi, beliau mempunyai 7 orang anak yaitu 3 Putra dan 4 Putri, sehingga dalam buku tersebut ketika hendak mengawini putra dan putrinya masing-masing anak-anaknya diberi suku, maka Dt. Mulo Nan Kewi mengusulkan suku sebanyak 15 suku. Maka suku tersebut adalah sebagai berikut:
No | Nama Suku | Dibawah Payung |
1. |
Bodi |
Datuk Polong kayo |
2. |
Sumpadang/Simabur |
Datuk Marajo |
3. |
Kutianyie |
Datuk Rajo Alam |
4. |
Bendang |
Datuk Bagindo Malano |
5. |
Chaniago |
Datuk Bagindo Bosa |
6. |
Dalimo |
Datuk Nan Sati |
7. |
Mandaliko |
Datuk Rajo Lenggang |
8. |
Tanjung |
Datuk Rajo penghulu |
9. |
Koto |
Datuk Malakewi |
10. |
Pitopang |
Datuk Paduko Nan Panjang |
11. |
Supanjang |
Datuk Pono Marajo |
12. |
Piliang |
Datuk Majo Bangsu |
13. |
Sumagek |
Datuk Majo Bosa |
14. |
Kalumpang |
Datuk Rajo Malano |
15. |
Piliang sani |
Datuk Majo Lelo |
Sumber data : Buku Asal Usul Suku Keagarian Sulit Air
Dengan adanya kemajuan daerah sumatera, terutama Sumatera Barat lewat perdagangan mulai masuklah dari berbagai daerah, karena di Sulit Air semenjak dahulu sudah dikenal juga dengan tambang emas, maka masuklah para pedagang ke Sulit Air, lama kelamaan menetap di Sulit Air, sehingga terjadi pula perkawinan para pendatang dengan putra daerah, putra daerah tersebut juga mendirikan penghulu atau datuk.
Pada saat ini datuk atau penghulu yang ada di Sulit Air mencapai 84 orang dari 4 suku yang ada ( Dibahas lebih lanjut di bagaian KAN ) karena perkembangan zaman bahwa Minang Kabau pusat kerajaan adalah di Pagaruyung Batu Sangka seluruh urusan Pemerintahan ke Pagaruyung batu Sangka, kemudian pemimpin Sulit Air memohon kepada kerajaan di Pagaruyung bahwa Sulit Air diberlaku otonomi, Permohonan di terima namun mempunyai beberapa syarat, ada 7 syarat yang tawarkan kalau Sulit Air menjadi otonomi yaitu :
-
Sulit Air harus terdiri dari 4 Koto.
-
Harus ada aliran sungai di tengah nagari.
-
Harus terdiri 4 Suku, Harus ada Masjid besar nagari.
-
Harus ada pasar.
-
Harus ada lapangan Nagari
-
.Harus ada Balairung.
Persyaratan demi persyaratan di coba untuk ditelusuri hingga pada saat ini kita sebut namanya masing-masing sebagai berikut :
No |
Persyaratan yang dipenuhi |
Nama sekarang |
1 |
Harus ada IV Koto |
Silungkang, Gando, Koto Gadang dan Koto Tuo |
2 |
Harus ada Sungai |
Batang katialo |
3 |
Harus 4 Suku |
15 suku dilebur menjadi 4 suku 1. Suku Simabur (Bodi, sumpadang, Kutianyie, dan Bendang) 2. Suku V Singkek (Chaniago, Dalimo, Mandaliko dan Tanjung ) 3. Suku V Panjang (Koto, Pitopang, Supanjang ) 4. Suku Piliang ( Piliang, Sumagek, Kalumpang dan Piliang sani) |
4 |
Ada Masjid |
Masjid Raya Sekarang |
5 |
Ada Pasar |
Balai Lamo |
6 |
Ada Lapangan |
Lapangan Koto Tuo |
7 |
Ada Balai Adat |
Balairung Sari |
Sejarah Pemerintahan Nagari
Sistim Pemerintahan sudah mengalami perobahan-perobahan, mulai sebelum Indonesia merdeka sampai saat ini beberapa sisitim sudah berjalan, diaantara di Sulit Air sudah mengalami 4 dekade perobahan diantaranya:
- Pemerintahan dipegang oleh Tuanku Lareh sebelum Indonesia Merdeka
- Pem di pegang oleh Wali Nagari sebelum Indonesia Merdeka dan Sesudah Merdeka
- Pemerintahan dilaksanakan oleh Wali Nagari
- Pemerintahan dilaksanakan oleh Wali Nagari
Dari Sistim tersebut dapat dilihat tabel dibawah ini yang pernah menjalankan Pemerintahan di Sulit Air.
YANG PERNAH MENJALANKAN PEMERINTAH
Di Sulit Air semenjak Tahun 1832 sampai sekarang
No |
Periode |
Nama |
Keterangan |
I |
1832-1912 |
MASA TUANKU LAREH |
|
1 |
1832-1852 |
Dt. Bendaharo |
Tuanku Lareh I |
2 |
1852-1888 |
Dt. Sutan Bendaharo |
Tuanku lareh II |
3 |
1888-1902 |
Dt. Pamuncak Perkasa Alam |
Tuanku lareh III |
4 |
1902-1912 |
Dt. Rajo Mansur |
Tuanku Lareh IV |
II |
1912-1983 |
MASA PEMERINTAHAN NAGARI |
|
1 |
1912-1912 |
Djamal Dt. Malin Marajo |
6 Bulan |
2 |
1912-1930 |
Rasyad Dt. Tumanggung |
18 Tahun |
3 |
1930-1936 |
Dt. Bagindo Basa |
6 Tahun |
4 |
1936-1937 |
Musa Dt. Malakomo |
1 Tahun |
5 |
1937-1940 |
Udin Dt. Bagindo Marajo |
3 Tahun |
6 |
1940-1945 |
Alwi. Dt. Nan Besar |
5 Tahun |
7 |
1945-1949 |
Nurdin Taher Dt. Mangkuto Rajo |
3 Tahun |
8 |
1949-1951 |
Ismail Sutan Sati |
3 Tahun |
9 |
1951-1956 |
Salim Thaib |
6 Tahun |
10 |
1957-1958 |
Darussalam Dt. Samarajo |
1 Tahun |
11 |
1958-1959 |
Hasan Basri Mangkuto Ameh |
1 Tahun |
12 |
1959-1961 |
( Pj ) M. Yasin DT. Endah Bongsu |
3 Tahun |
13 |
1959-1962 |
Bustami Dt. Tamandaro |
( Tahanan Politik ) |
14 |
1962-1965 |
Sirin Majo Sutan |
3 Tahun |
15 |
1965-1968 |
Muchtar Sutan Bongsu |
3 Tahun |
16 |
1968-1969 |
( Pj ) Azwar ( Camat sungai Pagu ) |
1 Tahun |
17 |
1969-1976 |
Nasrullah Salim Dt. Polong Kayo |
8 Tahun |
18 |
1976-1978 |
Abu Bakar Dt. Bagindo Rajo |
2 Tahun |
19 |
1978-1978 |
( Pj ) Muchtar Thaib ( Camat ) |
1 Tahun |
20 |
1978-1983 |
Rabain Bagindo Nan Panjang |
5 Tahun |
III |
1983-2001 |
MASA PEMERINTAHAN DESA |
18 Tahun |
IV |
DARI 2001 |
MASA PEMERINTAHAN NAGARI |
|
1 |
2001-2002 |
Ir. Nasrul Muluk |
1 Thn( Meninggal) |
2 |
2002-2003 |
( Pjs ) Drs. H. Irdizon Malin Mudo |
1 Tahun |
3 |
2003-2007 |
Firdaus Kahar |
4 Tahun |
4 |
2007-2008 |
( Pjs ) Zulkadri. SH ( Staf Camat ) |
1 Tahun |
5 |
2008 s/d 2014 |
Mustari Rahmat |
Nov 2014 |
6 |
2014 s/d 2020 |
Hj Alex Suryani, S.Pd |
23 Nopv 2020 |
7 |
2020- 2022 |
Bambang Hermanto, SH ( PJ) |
23 Nov 2020-Sep2022 |
8 |
2022-Sekarang |
Jumaini . S.Sos.M.Si (PJ) |
Sept 2022-Sekarang |
Hari Jadi Sulit Air
Hari Jadi Sulit Air pertama kali dicetuskan pada saat Musyawarah Kerja SAS tahun 2015 yang bertempat di Nagari Sulit Air pada tanggal 18 Juli 2015 yang dihadiri oleh seluruh Cabang - cabang SAS, koordinator- koordinator wilayah SAS dan Pemerintahan Nagari, Lembaga Nagari, pemakalah Drs H Hamdullah Salim, pembahas utama Prof Dr H Jurnalis Uddin dengan hasil kesepakatan yakni menjadikan tanggal 28 April 1821 sebagai hari Jadi Sulit Air, dimana tanggal tersebut merupakan tanggal penyerbuan tentara kolonial belanda atas Nagari Sulit Air yang ditulis oleh buku- buku sejarah sebagai awal Perang Paderi (1821- 1837) yang dihadapi oleh pejuang- pejuang Sulit Air dengan penuh kegigihan dan keberanian dengan korban jiwa yang besar yang gugur di medan perang dari kedua belah pihak, HARI JADI SULIT AIR dimaksud untuk memberikan kenangan yang abadi kepada pejuang- pejuang Sulit Air yang gugur sebagai syuhada dan kusuma bangsa dalam mempertahankan nagari, membela Ranah Minang dan Tanah Air, menghadapi tentara kolonial belanda pada perang itu.
"testing